Kebaya is an upper garment traditionally worn by women in southes Asia notably in Brunai, Indonesia, Malaysia, and Singaphore. Outside of Southeast Asia, it is worn by Javanese, Malays,  and Portuguese Eurasians in Australian Cocos Island and Christmas Island, coastal India and Sri Langka, Makau as well as South Afrika. The complete outfit is known as "sarong kebaya".

Kebaya is an upper garment opened at the front traditionally made from lightweight fabrics such as brocade, cotton, gauze, lace, or voile, sometimes adored with embroidery. The front is secured with either buttons, pins, or brooches. The lower garment for the outfit is known as sarong, kemben or kain, a long piece of cloth wrapped and tucked around the waist or under the armpits, either made out of batik, ikat, songket or tenun

Kebaya is officially recognised as thenational costume of Indonesia, and its fashion icon, although it is more popularly worn by Javanese, Sundanese, and Balinese people. Kebaya - Wikipedia

Pada peringatan Hari Kartini, pada tanggal 21 April 2021. Dr. Suciati, M.Ds. Dosen Prodi Pendidikan Tata Boga hadir dalam wawancara eksklusif  TVRI yang mengupas tentang Kebaya yang menjadi ci khas busana Nasional Indonesia. 

Dr. Suciati Mengungkapkan bawha kebaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perkembangan Indonesia itu sendiri. Secara historical dibahas bahwa kebaya menjadi ciri khas dinilai dari bagian pentingnya seperti Kemben, kemudian bagian bahu, seiring masuknya Islam ke tanah air, maka berkembanglah kebaya dipakai sebagai busana tradisional wanita, mulai anak-anak sampai dewasa.

Intinya dari sekian banyak kebaya yang berkembang di Indonesia, kita dapat menggolongkan berdasarkan gaya nya, yaitu:

1. Adat: kebaya yang diperlukan untuk keperluan adat
2. Etnik; seperti kutu baru, dll
3. Gaya nasional; kebaya yang  dipakai untuk keperluan kedinasan, biasanya yang terkait dengan peraturan pemerintah.